Olah Pikir

9 Alasan Psikologis Mengapa Orang Gampang Tertarik untuk Ikutan Tren Stiker ‘Add Yours’! Kamu juga termasuk?






Stiker ‘Add Yours’ di Instagram

Penggemar Tren Stiker ‘Add Yours’ di Instagram

Penggemar sosial media pasti tak asing dengan tren stiker ‘Add yours’ di Instagram.

Fitur ‘Add Yours’ milik Instagram membuat netizen ramai-ramai mengunggah gambar sesuai challenge atau tantangannya. Tantangan beragam mulai dari foto bersama pasangan, nama panggilan, jarak usia dengan pasangan, foto anak, nama anak, atau sesuatu yang disukai.

Penipuan di Balik Tren ‘Add Yours’

Sekilas memang terlihat biasa saja bahkan lucu. Tapi hati-hati karena ini bisa jadikan modus operandi orang-orang tidak bertanggung jawab. Warganet pun banyak berbagi cerita tentang penipuan yang dialami pascaunggahan stiker tersebut.

Mengapa Banyak Orang Terjebak dalam Tren Ini?

Ketika imbauan untuk tak mengikuti tren tersebut muncul lantaran beberapa penipuan yang terjadi, yang jadi pertanyaan adalah mengapa di awal banyak orang yang tergoda untuk secara tak langsung mengumbar data pribadinya di sosial media? Karena tren atau bahkan FOMO (fear of missing out)?

Budaya Komunal Memengaruhi Sifat Berbagi di Media Sosial

Begitu ada tren termasuk ‘Add Yours’, orang tanpa sadar membagikan informasi pribadi. Namun jika mau ditarik lebih jauh, habitus berbagi di kalangan masyarakat Indonesia juga Asia disebabkan budaya komunal yang telah mengakar lama. Budaya komunal meletakkan komunitas atau kelompok di atas individu.

Masyarakat yang komunal akan saling tergantung satu sama lain (interdependensi). Seorang akan merasa diterima atau merasa layak saat sama dengan yang lain. Ada kebutuhan untuk saling berbagi, menjadi sama dengan yang lain. Dari budaya komunal ini, orang kemudian merasa ada yang kurang atau salah dengan dirinya saat tidak melakukan seperti apa yang dilakukan orang lain.

Fear of Missing Out (FOMO) Dominasi Sosial Media

Anak-anak sekarang punya FOMO-nya yang tinggi. Kalau dulu tidak ada yang begini. Rene Descartes (filsuf) ‘aku berpikir maka aku ada’ sekarang jadinya seperti ‘saya main medsos maka saya ada’,” ujar Mira disusul tawa.

Bahkan, lanjut Mira, orang secara tidak sadar memupuk FOMO sejak kecil. Orangtua sering kali mengatakan kepada anak-anak mereka untuk menjadi seperti orang lain, agar merasa diterima, mendapat legitimasi sosial, tervalidasi.