Olah Pikir

Rahasia Terungkap! Penelitian Terbaru Mengungkap Alasan Sebenarnya di Balik Ketakutan pada Badut yang Mengguncang Dunia!






Why Are People Afraid of Clowns

Jakarta, CNN Indonesia

Efek karakter Pennywise di film horor IT bisa beralasan sebagai penyumbang utama ketakutan pada badut. Namun, kenapa masih ada yang takut pada sosok badut lain yang sebenarnya punya misi menghibur?

Jika menjadi salah satunya, Anda tak sendiri. Fenomena ini dinamakan sebagai koulrofobia (coulrophobia) atau ketakutan terhadap badut.

Berbagai studi menunjukkan ketakutan ini ada pada orang dewasa dan anak-anak di banyak kebudayaan yang berbeda. Meski banyak kemungkinan penjelasan tentang fobia ini dalam literatur akademik, tidak ada penelitian yang secara khusus menyelidiki asal-usulnya.

Para pakar dari psikologi dari University of South Wales kemudian menggelar studi untuk mencari penjelasan psikologis mengapa orang takut badut dan seberapa umum ketakutan terhadap badut pada orang dewasa.

Dikutip dari The Conversation, empat pakar itu, Philip Tyson, Shakiela Davies, Sophie Scorey, dan James Greville, melakukan survei terhadap 987 responden berusia 18 hingga 77 tahun.

Hasilnya, 53,5 persen responden mengaku takut pada badut, setidaknya hingga umur tertentu. Sementara, 5 persen lainnya mengaku sangat takut pada badut.

Persentase yang melaporkan ketakutan ekstrem terhadap badut sedikit lebih tinggi daripada yang dilaporkan untuk fobia lainnya.

Asal usul

Survey mereka juga mencoba mencari tahu apa yang membuat lebih dari separuh responden takut terhadap badut.

1. Perasaan yang menakutkan atau meresahkan akibat make-up badut yang membuat mereka terlihat tidak seperti manusia. Hal serupa terkadang terlihat pada boneka atau manekin.

2. Fitur wajah badut yang berlebihan menyampaikan rasa terancam secara langsung.

3. Makeup badut menyembunyikan sinyal emosional dan menciptakan ketidakpastian.

5. Perilaku badut yang tidak dapat diprediksi membuat kita tidak nyaman.

6. Ketakutan terhadap badut dipelajari dari anggota keluarga.

7. Penggambaran negatif badut dalam budaya populer.

8. Pengalaman menakutkan dengan badut.

Dari sederet pertanyaan itu, para pakar menemukan bahwa “memiliki pengalaman pribadi yang menakutkan dengan badut punya tingkat kesetujuan paling rendah [dari para responden].”

Para peneliti mengungkap penggambaran negatif badut dalam budaya populer merupakan faktor yang jauh lebih kuat dalam memicu koulrofobia.

Masalahnya, kata peneliti, beberapa orang takut pada Ronald McDonald, maskot franchise makanan cepat saji yang tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti.

Faktanya, kata peneliti, “faktor terkuat [koulrofibia] yang kami identifikasi adalah sinyal emosional yang tersembunyi, yang menunjukkan bahwa bagi banyak orang, rasa takut terhadap badut karena tidak dapat melihat ekspresi wajah mereka akibat make-up.”

Para pakar menilai ketidakmampuan melihat wajah asli membuat lumpuhnya pemahaman emosi sebenarnya si badut.